Namanya Kimby

Namanya Kimby. Saya dan kawan serumah saya waktu itu sering memanggilnya Wootsie, karena dia punya saudara yang bernama Tootsie. Kami lupa siapa nama Kimby, dan akhirnya kami memanggilnya Wootsie. Wootsie dan Tootsie adalah anjing tetangga saya waktu saya masih tinggal di perum Puspa Indah. Badannya pendek dan memanjang, bulunya berwarna coklat. Hasil hubungan gelap anjing jantan bernama Patrick dengan anjing betina yang tidak pernah kami ketahui yang mana dan siapa namanya.

Tiap hari Wootsie dan Tootsie bermain ke rumah saya. Karena saya dan teman saya lebih rajin memberi mereka makan daripada si empunya anjing. Mereka kami rawat, kami mandikan, kami beri obat cacing, bahkan sering kami tidur bersama mereka.

Beberapa bulan yang lalu Tootsie tewas diracun oleh tetangga kami, yang kami tidak tahu siapa orangnya. Ketika itu kami memang tidak ada di rumah selama beberapa minggu karena kesibukan kerja keluar kota. Tootsie tidak selamat. Lalu kini tinggal Kimby sendirian tinggal dengan keluarga pemiliknya, dan ayahnya si Patrick.

Wootsie sepeninggal Tootsie mengalami menstruasinya yang pertama, dan karena keluarga pemiliknya tidak memperhatikan anjing-anjingnya, Wootsie dikawini oleh bapaknya sendiri.

Wootsie hamil. Dan dua bulan yang lalu melahirkan 4 ekor anak, yang tidak sekalipun pernah kami lihat wujudnya. Hanya kadang kami dengar saja suaranya dari belakang rumah tetangga kami.

Wootsie hampir tiap hari masih sering bermain ke rumah kami. Seringnya dalam keadaan lapar. Sehingga kami sediakan makanan tambahan untuknya. Mungkin karena masa menyusui, dia menjadi lebih mudah lapar sementara pemiliknya lagi-lagi tidak perduli dengan perubahan kondisi ini. Saya juga memandikan dia setelah dia melahirkan (selang waktu 3 minggu), karena selama Wootsie hamil sampai dengan setelah melahirkan pemiliknya tidak peduli dengan kebersihan badan Wootsie. Kasihan, dia sampai gatal-gatal, berkutu dan bau sekali.

Saya sering berpikir, mesti tidak berpikir terlalu keras (ketimbang jadinya malah bersedih), Wootsie pasti kesepian dengan tidak adanya Tootsie. Dan penghuni di rumah kami juga makin berkurang. Saya juga waktu itu akan pindah rumah kontrakan.

Saat ini karena saya sudah pindah ke rumah kontrakan baru, saya jadi tidak bisa bertemu dengan Wootsie sering-sering lagi seperti dulu. Kawan saya mengabarkan bahwa Wootsie sekarang lebih gemuk. Sukurlah. Dan masih sering datang ke rumah kami meski sekedar untuk melongok mangkuk makanannya dan mengangkat satu kaki depannya tanda memberi salam.

Dan malam ini saya rindu sekali dengan anjing ini. Si muka prihatin. Si bodoh dan penakut, tetapi setia. Andai saja saya ada ruang dan waktu yang memungkinkan untuk saya memeliharanya, dia pasti sudah saya culik dan saya rawat. Menjadi teman saya saat saya kesepian, juga sebaliknya.

Kimby… 🙂

1 thoughts on “Namanya Kimby

Tinggalkan komentar