Kebolak

Kemarin itu, saya sama dua teman saya yang seniman (cieee..bangga gitu punya temen seniman :p. halah..) jalan bareng dan akhirnya terdampar di sebuah warung seniman di daerah keraton. Di warung ini kami bertemu dengan seniman-seniman yang lain. Info bahwa kami bertemu dengan seniman-seniman lain ini adalah tidak penting adanya, karena sebenarnya saya hanya ingin memperbanyak kata “seniman-seniman” di dalam tulisan ini. Dan hal ini tidak berhubungan dengan saya yang berdomisili di Jogjakarta, yang katanya kota seniman. Ini hanya karena saya sangat terobsesi pada cita-cita saya untuk menjadi seniman, atau hidup berpasangan dengan seniman. Aduh…muak saya. Sudah banyak kan kata “seniman”-nya? Sudah? Sukur deh.. amin.

Nah, begitulah seniman… Halah!

Dua teman saya yang seniman ini yang satu adalah seniman gitar merangkap jadi bakul hp, dan satu lagi seniman lukis merangkap jadi penjahat tato. Dua manusia ini di sana pesan dua teh poci, dan saya sendiri memesan segelas wedang jahe sakti (habis, jahenya panas banget, pekat warnanya kayak dikasih lumpur tanah liat, dan banyak kulit jahenya ngambang di air panas itu. Bentuk kulit-kulit jahenya udah kayak kecebong nggak bisa berenang).
Kami ngobrol, dan di tengah-tengah obrolan, yang punya warung yaitu berupa bapak-bapak kurus dan sudah tua masuk ke beranda warung sambil menenteng dua helm. Ternyata dua helm itu punya dua temen saya. Ditaruhlah helm itu di samping tempat kami duduk. Bapak itu bilang: “Lebih baik helmnya dibawa masuk, soalnya kalau enggak, pasti kalah cepat sama yang di luar.”
Ooh..jadi maksudnya, kalau kami tidak menyelamatkan helm kami di tempat yang aman, dan hanya meletakkannya di atas motor kami, helm itu pasti hilang digondol orang (hmm.. saya kira cuma anjing atau hewan yang bisa menggondol. Ternyata orang juga bisa ya).
“Oh, sering ya pak di sini helm ilang?” tanya teman saya yang penjahat tato.
“Iya..sering sekali. Makanya kalau punya barang itu jangan enak saja naruh. Kalau hilang ya pasti yang salah kan yang naruh. Kenapa sampai membuat orang ingin mengambil? Orang yang ngambil kan mengambil karena dikasih kesempatan.” jawab bapak itu lempeng.

Waaah…welhadalah…saya garuk-garuk kepala dan mengernyitkan dahi. Muka saya pasti waktu itu jadi tambah jelek sekali. Saya bingung. Sekarang semuanya kok jadi terbalik-balik ya? Kalau barang ada yang hilang karena dicuri orang, bukankah yang salah itu malingnya? Setiap manusia selalu punya pilihan untuk tidak mengambil barang, meskipun ada kesempatan. Tapi, kok ini yang disalahkan yang bukan maling ya?

Hmm… menurutmu?

2 thoughts on “Kebolak

Tinggalkan komentar